Objek
wisata di Mojokerto berada di jln. Raya Trowulan Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto
Jawa Timur sekitar 14 km dari pusat kota. Berdasarkan pada catatan sejarah,
wilayah mojokerto ini adalah pusat kerajaan Majapahit dan peninggalan-
peninggalannyapun masih ada. Luas wisata Trowulan sekitar 100km dimana banyak
sekali peninggalan-peninggalan sejarahya. Objek wisata ini ditemukan oleh
gubernur jawa timur Sri Thomas Stamford Raffles. Beliau adalah seorang yang
sangat antusias terhadap sejarah.
Selama berada di kawasan wisata
Trowulan, wisatawan dapat berkunjung ke beberapa objek wisata seperti :
Candi Brahu
Ø Lokasi Objek : Candi Brahu terletak di Dukuh
Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Tepat di
depan kantor suaka peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Timur yang terletak
di jalan raya Mojokerto-Jombang terdapat jalan masuk ke arah utara yang agak
sempit namun telah diaspal. Candi Brahu terletak di sisi kanan jalan kecil
tersebut, sekitar 1,8 km dari jalan raya.
Ø Akses
: Cukup mudah dijangkau jika mengendarai motor dan mobil, dan susah untuk bus
karena lokasinya yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang tepatnya di
depan kantor suaka peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Timur dan disitu
terdapat jalan masuk ke arah utara yang agak sempit namun telah di aspal, dari
jalan raya 1,8 km dari jalan kecil tersebut candi brahu terletak di sisi kanan
jalan kecil tersebut.
Ø Harga
tiket : Tidak ada tiket masuk namun hanya membayar tiket parkir
·
Untuk motor Rp 2000,00
·
Untuk mobil Rp 5000,00
·
Untuk bus Rp 10000,00
Ø Berkaitan
dengan sejarahnya
Berkaitan dengan sejarahnya candi Brahu
ini sudah dibangun sebelum masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan di bangun
pada masa raja Brawijaya I. Candi Brahu merupakan candi yang paling tua
dibandingkan dengan candi-candi lainnya yang ada di Trowulan. Candi Brahu
merupakan candi yang diperuntukan untuk mengenang raja Brawijaya 1-4. Candi ini
sudah diperbaiki namun karena terbuat dari batu bata merah jadi susah
untuk diperbaikinya. Stupa
yang ada pada sekitar candi, candi Brahu bersifat budhis, namun ada pula
yang mengatakan campuran dari Sywaisme.
Candi Brahu diperkirakan usianya lebih
tua dari kerajaan Majapahit. Hal ini didasarkan pada prasasti tembaga
Alasantan yang ditemukan kira-kira 45 masehi di sebelah barat candi
Brahu. Prasasti ini berangka tahun 861 saka atau 9 September 939 Masehi atas
perintah raja Empu Sindok dari Kahuripan.
Menurut masyarakat sekitar, candi Brahu
berfungsi sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja Brawijaya. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap candi tersebut tidak menunjukkan adanya “bekas” abu atau mayat,
melainkan keadaan bilik candi Brahu yang sekarang sudah kosong.
Disekitar kompleks candi Brahu pernah
ditemukan benda-benda kuno, antara lain alat upacara dari logam, perhiasan dan
benda-benda dari emas, dan arca-arca logam di mana hal tersebut menunjukkan
adanya cirri-ciri agama Budha. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
candi Brahu merupakan candi Budha.
Ø Keunikannya
Keunikannya yaitu dari struktur
bangunan candi Brahu yang terdiri
dari kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Kaki candi terdiri dari bingkai
bawah, tubuh candi serta bingkai atas. Bingkai tersebut terdiri dari pelipit
rata, sisi genta dan setengah lingkaran. Terdapat susunan bata yang strukturnya
terpisah, diduga sebagai kaki candi yang dibangun pada masa sebelumnya. Ukuran
kaki candi lama ini 17,5 x 17 m. Dengan demikian struktur kaki yang sekarang
merupakan tambahan dari bangunan sebelumnya. Kaki candi Brahu terdiri dari dua
tingkat dengan selasarnya serta tangga di sisi barat yang belum diketahui
bentuknya dengan jelas. Bentuk tubuh candi Brahu tidak tegas persegi,
melainkan bersudut banyak, tumpul dan berlekuk. Bagian tengah
tubuhnya melekuk ke dalam seperti pinggang. Lekukan tersebut dipertegas dengan
pola susunan batu bata pada dinding barat atau dinding depan candi. Atap candi
juga tidak berbentuk prisma bersusun atau segi empat, melainkan bersudut
banyak dengan puncak datar. Candi Brahu dibangun dari bata yang direkatkan satu
sama lain dengan sistem gosok.
Bagian tubuh candi Brahu sebagian besar
merupakan susunan batu bata baru yang dipasang pada masa pemerintahan
Belanda. Sebagian besar candi-candi di Trowulan dibangun menggunakan batu bata
merah, karena mengandung unsur religi atau kepercayaan..
Candi Brahu berukuran tinggi 27 m,
didalamnya terdapat bilik berukuran 4×4 m,.Namun kondisi lantainya telah rusak.
Di kompleks candi ada semacam altar yang berbentuk Mahameru. Pada waktu
pembongkaran struktur bata pada bilik ini ditemukan sisa-sisa arang yang
kemudian dianalisa di Pusat Penelitian Tenaga Atom Nasional (BATAN) di
Yogyakarta. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa pertanggalan radio
karbon arang candi Brahu berasal dari masa antara tahun 1410 hingga 1646 M.
Atap candi Brahu tingginya kurang lebih
6 m. Pada sudut tenggara atap terdapat sisa hiasan berdenah lingkaran yang
diduga sebagai bentuk stupa. Berdasarkan gaya bangunan serta profil sisa
hiasan yang berdenah lingkaran pada atap candi yang diduga sebagai bentuk
stupa, para ahli menduga bahwa candi Brahu bersifat Budhis. Selain itu
diperkirakan candi Brahu umurnya lebih tua dibandingkan dengan candi-candi yang
ada di situs Trowulan bahkan lebih tua dari kerajaan Majapahit itu sendiri.
Dasar dugaan ini adalah prasasti tembaga Alasantan yang ditemukan kira-kira sekitar
45 m di sebelah barat candi Brahu. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh
raja Empu Sendok dari Kahuripan pada tahun 861 Saka atau 9 September 939 M.
Diantara isinya menyebutkan nama sebuah bangunan suci yaitu wanaru atau warahu.
Nama istilah inilah yang diduga sebagai asal nama candi Brahu sekarang.
Dari reliefnya, candi ini adalah
gambaran sinkretisme keagamaan antara agama Hindu dan agama Budha, Awalnya
candi ini berfungsi sebagai tempat pembakaran raja-raja Majapahit. Namun
asumsi tersebut tidak terbukti. Dan dengan gambaran sinkretisme tersebut,
hingga saat ini pemeliharaan candi Brahu dilakukan oleh kedua agama tersebut. Berbeda
dengan ritual pemujaan pada situs pemujaan lainnya, di sini aktifitas tersebut
dilakukan hanya dengan cara meletakkan sesaji pada bagian depan dan pintu candi
yang menghadap ke arah barat.
Di sekitar candi Brahu pernah ditemukan
benda-benda kuno, antara lain :
·
Benda-benda semisal
perhiasan dari emas dan perak.
·
6 buah arca yang
bersifat agama Budha.
·
Piring perak yang
bagian bawah bertuliskan tulisan kuno.
·
4 lempeng prasati
tembaga dari jaman sindok
Ø Catatan
kritis / opini
Objek wisata candi Brahu ini sangat
rekomendasi untuk wisata sejarah dan kebudayaan bagi siswa, mahasiswa maupun
peneliti sejarah dll, karena candi ini diperkirakan usianya lebih tua dari
kerajaan Majapahit. Hal ini didasarkan pada prasasti tembaga Alasantan
yang ditemukan kira-kira 45 masehi di sebelah barat candi Brahu. Dan
candi ini mempunyai keunikan seperti struktur bangunannya dan adanya sinkretisme
keagamaan antara agama Hindu dan agama Budha, awalnya candi ini berfungsi
sebagai tempat pembakaran raja-raja Majapahit. Namun asumsi tersebut
tidak terbukti. Dan dengan gambaran sinkretisme tersebut, hingga saat ini
pemeliharaan candi Brahu dilakukan oleh kedua agama tersebut. Berbeda dengan
ritual pemujaan pada situs pemujaan lainnya, di sini aktifitas tersebut
dilakukan hanya dengan cara meletakkan sesaji pada bagian depan dan pintu candi
yang menghadap ke arah barat. Akses objek wisata ini cukup mudah dijangkau jika
mengendarai motor dan mobil, dan susah untuk bus karena lokasinya yang terletak
di jalan raya Mojokerto-Jombang tepatnya di depan kantor suaka peninggalan
sejarah dan purbakala Jawa Timur dan disitu terdapat jalan masuk ke arah utara
yang agak sempit namun telah di aspal, dari jalan raya 1,8 km dari jalan kecil
tersebut candi brahu terletak di sisi kanan jalan kecil tersebut.
Ø Sumber
1) http://dinasti-kadam.blogspot.co.id/2014/07/candi-brahu-majapahit-trowulan-mojokerto.html
2) http://langkahanakdesa.blogspot.co.id/2015/09/candi-brahu-mojokerto-jatim.html
3) http://tempatwisatadipulaujawa.blogspot.co.id/2015/09/berwisata-sambil-belajar-sejarah-candi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar